Memory Secangkir Coklat Hangat

Hmm..sore ini bisa me time. Anak bareng Ayahnya. Aku memilih menikmati secangkir coklat hangat. Coklat hangat ini mengingatkan zaman gadis dulu. Coklat hangat ini biasa aku nikmati di kafe bersama teman sambil menikmati life music. Pikiranku melayang. Teringat romantisme dan idealisme zaman dulu.

Dahulu aku meniti karir di kota besar. Hingar bingar kota dan kepulan asap karena macet sehari hari aku rasakan. Tiap pagi buta aku harus berangkat kerja. Kesiangan dikit bakalan telat ngantor. Perjalanan tiap pagi terasa melelahkan. Tapi aku suka pekerjaanku. Aku bekerja sebagai staf ahli. Hari hariku diisi dengan membaca jurnal, penelitian, dan tentu saja diiringi download lagu dan film, mengingat internet di kantor so wush wush. Beda sama ngenet di rumah. Ga jarang aku pulang larut. Terkadang aku masih nyambi ngajar privat segala. Ambisi zaman muda mengantarkanku sebagi seorang workaholic. Tetapi aku juga ga lupa bersenang senang. Menikmati secangkir coklat panas di kafe sambil mendengarkan live music misalnya. I love it. Aku juga sangat menikmati travelling ke berbagai lokasi dalam rangka penelitian atau sekedar menyambangi saudara. Ga ada mikirin uang. Aku menabung, tapi ga ada target sama sekali. Benar benar uang mengalir kayak air. Kalo bulan ini dapat banyak, ga tau kenapa nanti pengeluaran juga banyak. Dan gajiku memang cukup minim untuk hidup di kota besar kala itu.

Ah.. itu dulu, semua hanya memory lalu dan aku puas dengan kehidupanku sekarang. Sebagai ibu rumah tangga biasa dengan anak balita yang sedang lucu lucunya. Aku tetap sibuk dengan rutinitasku. Bedanya kali ini jabatanku sangat mulia, manajer rumah tangga. Aku harus berperan sebagai koki, guru, petugas kebersihan, dan akuntan. Harus serba bisa.

Aah..coklat panas ini terasa senikmat coklat panas kafe. Sama sama menjadi pelipur penatku setelah rutinitas seharian, dinikmati bersama alunan mp3 player. Aku menerawang dalam rileksasi…

*diclaimer, cerita ini fiksi belaka